BAGAIMANA MENDIDIK ANAK DITENGAH MASYARAKAT YANG TIDAK ISLAMI SAAT INI ?

( Teguh Turwanto, Pengelola STP Khoiru Ummah Cimahi )




Mendidik anak di tengah masyarakat yang tidak islami saat ini bukanlah hal yang mudah. Baru keluar dari pintu rumah, kemaksiatan sudah terlihat banyak di mana-mana, banyak yang buka aurat, pacaran, gaya bicara anak-anak juga jauh dari etika islam, dan masih banyak lagi lainnya. Kembali masuk ke rumahpun belum tentu aman, media seperti TV, radio, dan lain-lain saat ini juga banyak pengaruh buruknya bagi anak. Disatu sisi anak-anak paling mudah meniru apalagi jika usianya belum baligh.

Berbeda jika masyarakat dimana ia hidup benar-benar islami, di zaman dimana Islam diterapkan di seluruh kehidupan. Di zaman itulah lahir sosok yang luar biasa seperti Imam Syafi'i, Muhammad al-Fatih, dan lain-lain.

Tapi ada hal yang perlu dicatat, memang benar mendidik anak di zaman sekarang ini sangat sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin. Bukanlah hal yang mustahil jika mendidik anak ditengah masyarakat yang tidak islami saat ini berhasil menjadikan mereka orang-orang yang luar biasa, menjadi pelita umat dimana kemudian mereka mampu memimpin umat membangun peradaban mulia. Jika Allah berkehendak apapun yang tidak mungkin bisa terjadi.

Bedanya tingkat kesulitannya lebih tinggi. Mendidik anak ditengah kondisi saat ini tentu jauh lebih sulit dibandingkan dengan zaman dimana Islam diterapkan secara kaffah (lengkap) dalam seluruh aspek kehidupan. Kesulitan itu tentu perlu "didobrak" dengan perjuangan yang ekstra, bukan perjuangan yang biasa agar output pendidikan anak yang diharapkan bisa tercapai walaupun mungkin tidak seperti hebatnya sosok imam Syafi'i misalnya, tapi minimal ia mampu menjadi orang yang berpengaruh ditengah umat dengan membawa banyak kebaikan dan manfaat bagi umat, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Bagaimana caranya?

Pertama, pendidikan anak haruslah berbasis Aqidah Islam dalam arti tidak bertentangan dengan Aqidah Islam serta pendidikan yang bersumber pada AlQur'an dan selalu mengarahkan anak agar selalu bersyukur dan taat kepada Allah sehingga ia mampu membedakan mana yang benar dan salah dengan berlandaskan Aqidah Islam.

Jika orangtua tidak mendidik anaknya berbasis Aqidah Islam maka anak tidak dapat memahami rusaknya kondisi masyarakat saat ini, dampaknya kedepan bukan hanya tidak mampu mempengaruhi masyarakat, bahkan ia bisa dipengaruhi oleh rusaknya masyarakat saat ini.

Kedua, mendidik anak di tengah kondisi masyarakat yang tidak islami saat ini membutuhkan usaha yang keras, kenapa? Yang pertama adalah Islam mengajarkan kepada kita bahwa orangtualah pendidik pertama dan utama bagi anaknya, bukan yang lainnya. Orangtualah yang bertanggung pada pendidikan anaknya. Kedua

Orang tua haruslah sadar bahwa sebenarnya mereka sedang rebutan pengaruh dengan buruknya pengaruh lingkungan masyarakat saat ini artinya siapa yang paling besar pengaruhnya terhadap anak, apakah pengaruh dari orangtuanya atau pengaruh dari rusaknya masyarakat saat ini. Melawan besarnya pengaruh buruknya lingkungan saat ini tentu dengan perjuangan yang "ekstra". Diawali dengan kesungguhan orangtua belajar bagaimana mendidik anak yang benar yang bersumber dari AlQur'an (berbasis Aqidah) sampai pada tataran teknisnya. Orangtua menjadi orang yang "haus" ilmu dalam pendidikan anak.

Ketiga, orangtua yang sungguh-sungguh mendidik anak dengan panduan Qur'an tersebut adalah kedua orangtua yang solid dan kompak (bukan hanya ibu saja atau ayah saja)

Kenapa kedua-duanya ?

Pertama karena kedua-duanya punya kewajiban yang sama, sama-sama wajib mendidik anak. Kedua, jika kedua-duanya bekerja bersama-sama dan solid dalam mendidik anak tentu meringankan beban kedua nya dibandingkan dengan jika bekerja sendirian atau tidak solid (ibunya saja atau ayahnya saja).

Keempat, Orangtua memastikan pendidikan sekolah anaknya juga berbasis Qur'an (berbasis Aqidah Islam), sehingga bisa bersinergi.

Bayangkan jika orangtua sudah berjuang mendidik anaknya dirumah dengan berbasis Qur'an tapi kemudian dirusak oleh pendidikan sekolah yang tidak berbasis Qur'an. Begitu juga bisa sebaliknya, pendidikan disekolah yang sudah bagus (berbasis Qur'an) bisa dirusak oleh pendidikan dirumah yang tidak berbasis Qur'an. Jika pendidikan dirumah dan pendidikan di sekolah bersinergi maka pengaruh nya pada anak akan kuat, maka kata kuncinya adalah sinergi

Kelima, orangtua memastikan sekolah anaknya adalah sekolah yang melibatkan orang tua untuk bekerja sama dalam proses pendidikan anak khususnya dalam pembiasaan amal sholeh

Kenapa?

Pertama Jika sekolah dan kedua orangtua bekerjasama dalam pendidikan anak maka hal itu dapat meminimalkan beban yang begitu berat dalam pendidikan anak ditengah kondisi masyarakat yang tidak islami saat ini.

Kedua Orangtua haruslah sadar bahwa buruknya pengaruh lingkungan masyarakat yang tidak islami saat ini bersifat kontinyu (terus menerus) maka pembiasan amal shaleh pun juga butuh waktu yang kontinyu dan tidak terputus.

Agar selalu kontinyu dan tidak terputus maka diperlukan kerjasama antara sekolah dan orangtua dalam pendampingan anak sehingga pendampingan sekolah terhadap anak dalam pembiasaan amal sholeh dapat diteruskan oleh pendampingan orang tua dirumah (tidak terputus) sehingga anak bisa terbiasa dan konsisten dalam beramal sholeh mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.


Wallahu a'lam bisshowab

Kunjungi :

www.khoiruummahciledug.sch.id