KISAH PARA BOCAH PENGHAFAL AL-QUR'AN | Seri I: Musa, Rasyid, dan Ahdan



KISAH PARA BOCAH PENGHAFAL AL-QUR'AN
Seri I: Musa, Rasyid, dan Ahdan


KHOIRUUMMAHCILEDUG.SCH.ID -- Bocah itu berdiri gelisah di atas pentas. Terlihat malu-malu. Kepala celingukan. Lirik kiri dan kanan. Seolah canggung. Tak biasa dengan gemerlap panggung itu.
Sesaat kemudian, bocah itu terperangah. Saat menoleh ke kiri, Irfan Hakim sudah berada di muka. Pembawa acara itu bertanya, berapa saudara bocah itu. Namun, bocah mungil itu hanya terdiam. Tak ada kata terucap. Tanya itu hanya dijawab tatapan nanar.
Irfan kembali bertanya. Mikrofon pun disodorkan. Tapi lagi-lagi, tak ada jawaban. Bocah itu hanya melongo, sambil mengangguk. Tingkah itu mengundang gelak penonton. Sadar ditertawakan, bocah berpeci biru ini tersenyum lebar.
Bocah berbusana koko merah itu adalah Musa. Peserta kompetisi menghafal Alquran di sebuah stasiun televisi di Jakarta. Seperti peserta lain, kepolosan Musa kala itu banyak mengundang gelak tawa. Setelah itu, Irfan bertanya hafalan kepada Musa.
“ Kalau Musa berapa juz ya hafalnya?” tanya Irfan.
“ Dua puluh sembilan,” jawab Musa sembari tersenyum lebar serta memantul-mantulkan badan dengan kaki sebelah kiri.
Jawaban itu disambut gelak tawa. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. Banyak yang tak percaya bocah yang belum genap berusia enam tahun itu bisa menghafal 29 juz.
Untuk meyakinkan semua orang, Irfan bertanya kepada ayah Musa, La Ode Abu Hanafi, yang duduk di bangku penonton. Benarkah Musa hafal 29 juz. Hanafi pun berdiri. Dia menjawab, “ Dua puluh sembilan, masuk 30 juz,” jawab Hanafi.
Tak ada tawa. Hanya terdengar suara tepuk tangan yang menggema. Saat itu penonton mulai memberi apresiasi. Tapi kurang yakin karena belum ada bukti. Dan Irfan tahu itu. Sehingga meminta Syekh Ali Jaber untuk menguji.
Imam Masjid Nabawi itu kemudian membaca penggalan salah satu ayat dalam Surat Al Baqarah. Musa diminta melanjutkan. Dan dengan tenang bocah asal Bangka Timur itu mampu meneruskan ayat itu dengan lancar. Tak hanya hafal, Musa juga tahu surat apa yang telah dia baca.
Penonton terdiam. Tertegun melihat kemampuan Musa. Beberapa di antara mereka bahkan mulai berlinang air mata. Menangis terharu. Mereka tak menyangka bocah yang telah ditertawakan itu benar-benar seorang hafiz Alquran. Masya Allah....
Kemudian giliran Ustad Amir Faisol Fath memberi ujian. Dia membaca penggalan salah satu ayat dalam Surat Ar Rahman. Dan seperti sebelumnya, tantangan itu dilahap oleh Musa. Dengan tenang bocah itu melantunkan ayat Alquran. Meneruskan bacaan Ustaz Faisol.
Tak hanya para juri. Penonton pun diminta memberi tantangan. Dan lagi-lagi, Musa berhasil menyelesaikan hafalan. Kini, bibir penonton yang semula tertawa, berkomat-kamit. Menirukan Musa membaca Alquran.
Suasana bertambah haru. Semakin banyak penonton yang bercucuran air mata. Menangis haru. Tangan-tangan pun sibuk menyeka air mata. Ustad Faisol pun tak mampu berkata-kata. “ Irfan, saya tidak punya bahasa,” kata Ustaz Faisol sambil terisak.
Dia bangkit. Melangkah, menghampiri Musa. Di atas panggung itu, Ustad Faisol membungkuk. Meraih tangan Musa dan menciumnya. Syakh Ali yang masih terpaku di kursi juga tak kuasa menahan haru.

Kedua orangtua Musa bukanlah hafiz Alquran. Semula mereka tak yakin putra sulung itu bisa menghafal Alquran. Namun, karena tekad yang kuat, mereka mengajarkan huruf-huruf Hijaiyah kepada Musa sejak dini.
Musa sudah diajari mengenal huruf Arab sejak berusia dua tahun. Tak mudah memang. Hanafi harus telaten memasang satu persatu huruf di kamar Musa. Jika satu huruf sudah hafal, maka akan diganti yang lainnya.
Musa akhirnya menghafal huruf-huruf itu. Dari Alif hingga Ya. Namun kala itu, Musa belum bisa membaca Alquran. Sang ayah pun menerapkan sistem talqin. Menghafal Alquran dengan mendengar bacaan orang lain.
Musa disuruh mendengarkan bacaan Alquran yang dilantunkan Hanafi, kemudian diminta menghafalkan. Metode ini semula tak mudah. Musa butuh sepekan untuk menghafal surat An Nas. Surat pertama yang dia hafalkan. Namun lama-kelamaan, Musa terbiasa.
Proses itu berjalan dua tahun. Dalam kurun itu, Musa sudah menghafal juz 30 hingga 18. Meski belum bisa membaca, dia sudah hafal 11 juz dengan sistim talqin yang diterapkan Hanafi.
Saat usia empat tahun, Musa mulai bisa membaca Kitab Suci. Sejak itulah proses hafalan bertambah lancar. Setelah hafal 11 juz dari belakang, Musa kemudian menghafal Alquran dari depan.
Setelah bisa membaca Alquran, Musa mulai belajar mandiri. Dengan tekun dia menghafal Alquran. Sejak pukul setengah tiga dini hari hingga fajar. Saban hari, bocah itu mampu menghafal lima halaman Alquran.
Dan kerja keras Musa akhirnya terbayar. Dalam usia lima tahun sepuluh bulan, bocah itu sudah menghafal 29 juz Alquran. Berbagai penghargaan sudah dia terima dari berbagai ajang menghafal Alquran. Hingga ke ajang Hafiz Cilik Indonesia itu.
Tahun 2014 lalu bahkan Musa diboyong ke Jeddah oleh Kementerian Agama dan Kedutaan Besar Arab Saudi. Dia diikutkan dalam lomba hafiz cilik tingkat dunia.
Di sana, di antara 25 kontestan dari berbagai negara, Musa jadi peserta termuda. Meski demikian, dia mampu meraih angka istimewa, 90.83 dari nilai sempurna, 100.
Namun, dia bukan jawara dalam ajang itu. Dia baru mampu menempati posisi 12 dari 25 kontestan itu. “ Musa kalah dari sisi penilaian makhroj (lafal), karena masih cadel. Tapi dari segi hafalan, Musa paling banyak hafalannya,” kata Hanafi.
Meski bukan nomor satu, prestasi itu sangat membanggakan. Menghafal Alquran saja sudah luar biasa. Apalagi bocah belia ini sudah mengkhatamkan hafalan 30 juz pada Juni tahun 2014 lalu. Sejak ajang di Jeddah itu, Musa semakin sohor. Tak hanya di Tanah Air, namun juga di manca negara.
***
Musa hanyalah satu di antara sekian banyak mutiara di negeri ini. Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas muslim, wajar saja bila Indonesia memiliki banyak penghafal Alquran. Bakat-bakat itu tersebar di sekujur negeri ini.
Sebut saja Muhammad Abdul Rasyid. Bocah berusia 8 tahun saat itu juga tengah berjuang menghafal Alquran. Kini (2015), bocah yang sebelumnya bernama Gilang Pratama ini sudah hafal 13 juz. “ Rasyid masih istiqamah menghafal Alquran,” tutur Ibunda Rasyid, Yuli Chaniago.
Sama seperti Musa. Bocah Pekanbaru ini membuat banyak orang tercengang. Suaranya merdu. Sudah begitu, mampu membaca Alquran dengan menirukan irama 15 Imam besar dunia. Banyak yang bertanya, bagaimana Rasyid belajar?
Rasyid tak belajar di pesantren. Atau juga rumah tahfiz, tempat para penghafal Alquran digodok. Kemampuan itu dia peroleh secara otodidak. Rasyid belajar menghafal Alquran secara mandiri. Irama 15 imam dunia itu dia pelajari dari Youtube.
Banyak orang kagum dengan “ keajaiban” anak ini. Bayangkan saja, pada usia tujuh bulan, dia sudah bisa menyebut asma Allah. Padahal, umumnya bayi usia itu masih belum bisa bicara. “ Umur 1 tahun sudah hafal surat pendek dengan lafal cadelnya,” cerita Yuli.
Tahun 2014 lalu, Rasyid juga ikut ajang hafiz cilik. Satu angkatan dengan Musa. Dalam ajang itulah bocah yang identik dengan kafiyeh –sorban penutup kepala– dan jubah khas Timur Tengah ini unjuk kebolehan.
Rasyid berhasil mencuri hati banyak orang dalam ajang itu. Dia tampil mencorong dengan kemampuan melantunkan Alquran dengan irama 15 imam dunia. Kemampuan itu pula yang menyebabkan Syekh Ali Jaber mau mencium tangan dan menyematkan gelar “ Syekh” untuk Rasyid.
Bakat istimewa juga dimiliki oleh Raihan Ahdan Muhammad. Bocah ini mampu menghafal dua juz Alquran hanya dalam dua pekan. Padahal, bocah 14 tahun ini tak bisa membaca Quran. Dia belajar menghafal Alquran dengan cara talqin di Rumah Quran Mulia Bogor.
Kini, hafiz cilik di Indonesia semakin bertaburan. Apalagi, rumah-rumah tahfiz sudah merebak, bak cendawan di musim penghujan. Dari sanalah terlahir para penghafal Alquran.
Musa, Rasyid, dan Ahdan, mungkin sama dengan bocah kebanyakan. Mereka tetap bermain di kala senggang. Yang membedakan, mereka adalah anak-anak istimewa yang sudah sejak dini mendalami hafalan Alquran. Meski masih bocah, seperti disebut dalam Hadits Riwayat Abu Daud, mereka termasuk orang-orang yang dimuliakan Allah. Sungguh menggetarkan…. [dream.co.id]
Silakan dibagikan kepada saudara-saudara muslim lainnya. Barakallahu lana wa lakum.

Sekolah Tahfizh Plus SD Khoiru Ummah Ciledug
Jl. JR.Pusung Blok R No.1, Sudimara Timur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten. 15151
Telp. 0812-8140-712
https://maps.app.goo.gl/JYMBX
FB/IG: Khoiruummah Ciledug
Website: www.khoiruummahciledug.sch.id