Tahfizh Al-Qur'an dan Kecerdasan Anak


oleh:  Ustadzah Hj. Ir. Emmi Khairani
(Founder Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah)

“Orang  terbaik di antara  kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” [HR. al Bukhari dari Utsman bin Affan r.a]




Hadits di atas menjelaskan kepada kita betapa mulianya derajat  orang yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an, yakni sebagai orang terbaik. Oleh karena itu, apabila kita (para orang tua muslim) menghendaki anak-anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah,  sudah selayaknya kita  memberikan pelajaran “Al Qur’an” sebagai pelajaran ”pertama” dan “utama” kepada anak-anak kita.

Cakupan mempelajari Al Qur’an meliputi: 
1. Tahfizh  Al Qur’an (Menghafal Al Qur’an),  
2. Qira’ah Al Qur’an (cara membaca Al Qur’an yang benar), 
3. Bahasa Arab (sebagai Bahasa Al Qur’an), Tafsir Al Qur’an (makna ayat), dan 
4. Fiqih (hukum-hukum yang terkandung di dalam Al Qur’an).

Di antara  pelajaran yang terkait dengan mempelajari Al Qur’an,  Tahfizh Al Qur’an merupakan pelajaran  termudah bagi anak-anak kita. Sebab  program Tahfizhul Qur’an teknik belajarnya sederhana. Cukup dengan mendengar dan mengucapkan secara berulang, baik itu mendengar bacaan kita sendiri ataupun mendengar bacaan orang lain. Yang terpenting bacaan yang didengar tersebut adalah bacaan yang benar, supaya hafalan Al Qur’annya juga benar.

Oleh karena itu, Tahfizh Al Qur’an sudah bisa diprogram sejak  bayi, selama bayi tersebut pendengarannya sudah berfungsi  dengan baik. Hanya saja baru bisa dievaluasi hafalannya di saat kelak dia sudah bisa berbicara.

Semakin intensif anak-anak mendengar bacaan Al Qur’an setiap harinya, secara konsisten dan kontinu,  maka hafalan Al Qur’annya  akan semakin mudah dan semakin cepat. Sehingga tidak mustahil anak-anak bisa hafal Al Qur’an 30 juz sebelum mereka beranjak dewasa. Sebagaimana para ulama dan ilmuwan muslim di masa kejayaan Islam, mereka pada umumnya sudah hafal Al Qur’an di usia anak-anak, bahkan ada yang sudah hafal sebelum usia 10 tahun. Subhanallah, luar biasa!

Di antara para ulama/ilmuwan muslim yang hafal Al Qur’an saat  usia anak-anak adalah:

1. Imam Syafi’i (hidup pada tahun 150 – 204 H).
Beliau hafal Al Qur’an saat usia 7 tahun, dan pada saat usia 17 tahun sudah menjadi mufti/ahli hukum (rujukan masyarakat  untuk menyelesaikan persoalan mereka berdasarkan hukum Islam). Dalam perkembangannya, beliau adalah seorang mujtahid mutlak, dan  ahli ushul fiqh (peletak dasar ilmu ushul fiqh). Sampai sekarang karya ushul fiqh dan fiqh-nya masih dipakai kaum muslimin di seluruh dunia. Sehingga bisa dikatakan, beliau adalah ulama kaliber dunia/internasional.

2. Imam Ath-Thabari (hidup pada  tahun 224 – 310 H).
Beliau hafal Al Qur’an saat usia 7 tahun. Beliau adalah ahli tafsir. Sampai sekarang karya tafsirnya masih digunakan oleh kaum muslim di seluruh dunia. Sehingga bisa dikatakan beliau adalah ahli tafsir kaliber dunia/internasional.

3. Ibnu Sina (hidup pada tahun 370 – 428 H).
Beliau hafal Al Qur’an  saat usia 5 tahun, dan pada saat usia 17 tahun sudah menjadi dokter profesional. Dalam perkembangannya beliau ahli kedokteran,  peletak dasar ilmu-ilmu kedokteran. Sampai sekarang ilmunya masih digunakan di seluruh dunia. Bahkan orang Barat pun menggunakan ilmu/teorinya. Beliau juga merupakan ahli Fisika.

4. Ibnu Khaldun (hidup pada 732 – 808 H).
Beliau hafal Al Qur’an saat usia 7 tahun. Beliau adalah ahli sosiologi dan ahli konstruksi. Pemikiran/teorinya juga masih digunakan sampai sekarang di seluruh dunia.

5. Umar bin Abdul Aziz.
Beliau hafal Al Qur’an saat masih anak-anak. Beliau adalah seorang Kholifah di masa Bani Umayyah. Seorang ahli ekonomi yang tiada duanya di dunia. Beliau sangat terkenal dengan kemampuannya memakmurkan  negara dan bangsanya dalam waktu singkat (29 bulan), sampai-sampai tidak ada rakyatnya yang berhak menerima zakat.

Dan masih banyak ulama maupun ilmuwan muslim yang lain yang hafal Al Qur’an saat usia mereka belum baligh.  Mereka juga ulama/ilmuwan kaliber dunia. Ada yang ahli hadits, ahli fiqh, ahli tafsir, ahli matematika, dll.

Dengan demikian dapat kita simpulkan, bahwa menghafal Al Qur’an secara realitas dapat dibuktikan mudah bagi anak-anak. Yang penting mereka diprogram untuk menghafal Al- Qur’an dan program tersebut dijalankan secara konsisten dan kontinu.


Keunggulan Tahfizh Al Qur’an Bagi Kecerdasan Anak


Selanjutnya, yang lebih menarik  untuk dikaji adalah adanya realitas yang menunjukkan  bahwa para ulama dan ilmuwan muslim kaliber dunia tersebut  ternyata pada umumnya mereka hafal Al Qur’an pada usia anak-anak. Adakah pengaruh hafalan Al Qur’an terhadap kecerdasan berfikir  anak?

Apabila kita kaji secara mendalam, kecerdasan berfikir anak sangat tergantung pada intensitas proses berfikir yang dia lakukan selama proses belajarnya. Sedangkan proses berfikir itu terjadi apabila terjadi pengaitan antara objek  yang diindera dengan informasi/ilmu yang telah dimiliki sebelumnya tentang objek tersebut. Apabila terjadi pengaitan yang benar dan tepat  antara objek yang diindera dan informasi yang benar dan tepat tentang objek tersebut,  maka lahirlah sebuah pemikiran/ilmu/teori  yang benar tentang objek tersebut, sebagai hasil dari proses berfikir.

Dengan demikian ada dua unsur penting untuk meningkatkan kecerdasan berfikir anak, yakni penginderaan yang cermat dan rinci terhadap suatu objek serta akumulasi informasi yang benar tentang  objek  tersebut. Di mana posisi Tahfizh Al Qur’an dalam mempengaruhi kecerdasan anak?

a.) Tahfizh Al Qur’an akan melatih sensitifitas indera pendengaran anak. Semakin sensitif indera pendengaran anak mendengar lafazh-lafazh ayat Al Qur’an yang   dibacakan, maka semakin mudah anak menjadi fasih mengulang bacaan yang ia dengar. Hal ini akan membantunya untuk cepat  fasih berbicara, selanjutnya mudah belajar bahasa Arab maupun yang lain.

Apabila anak sudah terlatih sensitif mendengar, maka dia akan mudah dan cepat memahami secara benar  nasehat/pelajaran dari guru/orang tuanya. Dengan demikian peluang salah paham menjadi kecil. Bukankah pengajaran dan nasehat untuk memahamkan sesuatu kepada anak-anak  lebih banyak menggunakan lisan dan mendengar? Oleh karena itu kecepatan memahami ilmu yang dijelaskan guru sangat berhubungan secara signifikan dengan sensitifitas dan kecermatan mendengar kalimat demi kalimat yang diungkapkan guru, termasuk intonasi berbicaranya.

b.) Tahfizh Al Qur’an melatih anak untuk berkonsentrasi tinggi. Semakin banyak ayat yang bisa dihafal oleh anak dan hafalannya ini terpelihara dengan baik,  berarti konsentrasi anak akan semakin tinggi. Pada umumnya semakin banyak ayat yang dihafal, semakin cepat untuk menghafal ayat-ayat lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi proses perbaikan konsentrasi  menjadi  semakin tinggi, apabila semakin banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dihafal.

Coba kita bayangkan, apabila anak-anak kita telah hafal juz ‘Amma dan surat Al Baqarah saja, dan ia bisa membacakannya dengan fasih dan lancar tanpa mushaf, bukankah konsentrasinya sudah bertahan lama? Apatah lagi hafal 30 juz sebelum dewasa. Bukankah konsentrasi yang tinggi sangat berpengaruh dalam kecerdasan berfikir?

Semakin tinggi konsentrasinya semakin tuntas berfikirnya. Selanjutnya, hal ini akan membangun kecerdasan  berfikir yang tinggi.  Kecerdasan tertinggi adalah seorang mujtahid. Yang bisa menyelesaikan persoalan manusia dengan hukum-hukum Allah dengan cara menggali langsung dari ayat-ayat Al Qur’an maupun As Sunnah.

c.) Tahfizhul Qur’an membantu anak-anak  mudah memahami Al Qur’an (sebagai petunjuk  hidup) dan mudah menjadi taqwa.  Apabila anak-anak sudah hafal ayat-ayat Al Qur’an, berarti lafazh-lafazh petunjuk tersebut sudah ada di dalam benaknya. Sehingga pada saat menjelaskan makna ayat-ayat Al Qur’an tersebut dan menggali pemahaman, petunjuk,dan hukum-hukum akan jauh lebih mudah.

Yang lebih penting lagi adalah, apabila benak anak kita telah dipenuhi oleh hafalan  Al Qur’an (Kalamullah), maka akan mudah tertunjuki ke jalan yang benar.  Sebab saat mereka berproses menghafal ayat-ayat  Al Qur’an dengan cara berulang-ulang mendengar ayat-ayat Al Qur’an, mereka telah mendapatkan rahmat. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al A’raaf ayat 204, yang artinya: “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlahbaik-baik,  dan perhatikanlah dengan tenang, supaya  kalian mendapat rahmat. “

Wahai para orang tua muslim, melangkahlah dengan penuh keyakinan untuk menjadikan “Tahfizh  Al  Qur’an” sebagai pelajaran pertama bagi anak-anak kita, selanjutnya mempelajari “Al Qur’an” dari berbagai bidang ilmu menjadi pelajaran utama bagi mereka. Semoga kelak mereka benar-benar menjadi generasi pemimpin. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar.[amanyaulady.wordpress.com]