Jangan Nodai Cintamu! (Say No To V-Day)




KHOIRUUMMAHCILEDUG.SCH.ID - Kayaknya bisa ditebak banget, ketika ngeliat judul buletin kali ini, ada yang langsung semangat, ada yang senyam-senyum, ada yang matanya berbinar, ada yang giginya gemetar, hehee… Ya, karena emang pembicaraan tentang cinta, jadi obrolan favorit teman-teman remaja, wa bil khusus di bulan Februari seakan jadi bulan merah jambu berbincang soal cinta. Tapi tentu bukan asal cinta-cintaan donk yang ingin kita kupas di sini, melainkan cinta yang sehat, biar cinta kita nggak gampang kena noda.
Allah Anugerahkan Cinta
Ketika cinta diobrolin sama remaja maknanya jadi sempit, paling-paling nggak beda kayak sinetron atawa film itu khan. Cinta cuman diartikan sempit sebagai cinta lawan jenis. Padahal Allah SWT menciptakan rasa ini dalam diri manusia nggak cuma dalam rangka memadu kasih dua insan yang lagi mabuk asmara. Tapi bisa juga berupa cinta ortu kepada anaknya, kakak kepada adiknya, suami kepada isterinya, dan seterusnya.
Coba lihat, buah-buah cinta seorang bapak bekerja banting tulang, peras keringat untuk menghidupi keluarganya. Dia rela jadi tukang becak, jadi pemulung tanpa malu asalkan dapat fulus supaya bisa menyambung hidup keluarganya. Ibu kita dengan cintanya telah rela bersusah payah mengandung selama 9 bulan, abis gitu harus menyusui sampe dua tahun, harus mengganti popok kalo pas kita ngompol, menyuapi ketika makan, dan seterusnya sampe kita gede. Coba kalo ortu kita nggak cinta sama kita, mungkin kalo Kita pipis atau (maaf) ee dibiarin aja…iyy kebayang kan? Jijay deh…
Cinta bisa bemakna cinta kepada saudara seakidah. Bahkan dalam hadis Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi saw. ia bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Tuh khan, aktivitas mencintai disetarakan dengan keimanan lho.
Trus, kecintaan kita juga kudu kita tanamkan kepada Allah dan RasulNya. Ini malah justru yang lebih penting. Menurut al-Zujaj: “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridho terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw”. Sehingga seorang hamba akan bersegera memenuhi seruan-Nya. Meski harus ditukar dengan cintanya pada anak-istri, keluarga, atau harta benda(lihat QS at-Taubah [9]: 24)
Nah inilah makna cinta bagi seorang muslim. Begitu universal dan luas. Saking luasnya nggak perlu dibatasi dengan hari khusus di bulan februari yang dianggap spesial bagi sebagian kalangan. Sebab kita bisa mencintai siapa aja, di mana aja, kapan aja sepanjang hari selama hidup kita dan tidak terbatas cuma kepada lawan jenis aja.


Cinta yang Ternodai
Cinta yang “suci” itu jangan dinodai dengan perbuatan yang haram. Jangan diracuni dengan aktivitas yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Seperti pacaran, gaul bebas, atau mengekspresikannya dengan aktivitas yang bertentangan dengan Islam, berupa V-Day.
Kegiatan rutin tahunan V-Day sudah kepalang dinobatkan sebagai hari kasih sayang di seluruh dunia. Termasuk kita jadi latah ikut heboh setiap tanggal 14 Pebruari. Padahal V-Day ternyata punya latar belakang peristiwa yang bukan berasal dari Islam. Yup, kita emang harus mengingatkan kepada semua orang, terutama remaja muslim tentang bahayanya perayaan yang satu ini. Karena V-Day ibarat racun berlumur madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berkadar racun tingkat tinggi bin berbahaya. Apalagi kalo dibungkus dengan embel-embel cinta. Duh…mana ada yang tahan untuk mencicipinya?
V-Day sudah terlanjur diidentikkan sebagai perayaan cinta atau hari kasih sayang. Ironisnya, remaja-remaja muslim ho-oh aja, tanpa pernah berpikir kalo kasih sayang wal cinta itu udah dibungkus rapi dengan harapan semua orang nggak pernah tahu mana yang original cinta, mana yang nafsu. Cinta emang universal, semua orang boleh mencinta dan dicintai siapa aja. Tapi kalo kita udah bicara V-Day udah beda banget. V-Day nggak selalu berbanding lurus dengan kasih sayang.
Mungkin ada yang mengelak “ah itu perayaan V-Day yang bebas banget itu khan di Barat, di Indonesia nggak mungkin kayak gitu”. Siapa bilang nggak mungkin? Kita semua nggak ada yang berani menjamin kalo di kehidupan serba permisif seperti sekarang ini, orang bisa nggak terjerumus pergaulan bebas. Kamu mungkin menyela “ah itu khan juga tergantung orangnya”. Ya, bisa jadi begitu, tapi bisa jadi enggak. Lho koq?
Gaes, nggak bisa dipungkiri kalo perayaan selalu dipengaruhi oleh cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Kalo sebagian remaja memandang bahwa hidup ini adalah sebagai ajang hura-hura dan foya-foya, maka perayaan V-Day pun nggak jauh-jauh amat dengan sikap hidup hedonis, materialis dan liberalis. Nggak ada yang namanya halal dan haram. Lha wong agamanya ditinggalin di masjid koq. Agama nggak boleh ikut campur urusan anak muda.
Jadi, jangan pernah bilang free sex dalam perayaan V-Day, nggak mungkin terjadi di Indonesia. Karena Rasulullah sendiri bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?”(HR Bukhari Muslim)

Padahal hadits itu udah disampaikan berabad-abad yang lalu dan terbuktilah kalo mulai cara bicara kita, cara makan, cara tidur, dan ngapain aja kita, ternyata hasil contekan dari budaya Barat. Inilah yang disebut westernisasi. Jadi upaya membarat-kan kaum muslim, nggak cuman dalam hal fisik, tapi juga pemikiran. Bukti kuatnya, remaja muslim kita jadi nggak pede, takut disebut nggak gaul, ketika remaja seusianya pada rame menyambut V-Day, sementara dia cuman ngamplo (jawa: bengong) di rumah, atau malah-malah nolak V-Day.

Makanya, ati-ati deh. Kalo udah banyak yang ngingetin bahwa aktivitas kamu memperingati V-Day adalah salah, segera aja campakkan nafsu untuk ber V-Day ria. Sebab bukan hanya kamu ngikutin aktivitas yang nggak jelas juntrungannya, tapi juga kegolong masuk ke dalam golongannya orang Yahudi dan Nasrani tadi.
Pake Akal Sehat Mengkritisi V-Day
V-Day yang dari semula emang sengaja ditujukan untuk penghormatan kepada pendeta St. Valentino yang mati dihukum penguasa Romawi, emang sengaja disulap pake embel-embel hari kasih sayang. Supaya kamu-kamu yang muslim nggak merasa jengah ketika ikutan merayakannya. Terus perayaan yang semula ditujukan bagi muda-mudi aja untuk cari pasangan seks, sengaja dikamuflase dan diperluas hingga ke sayang or cinta pada ayah ibu or sesama.
Banyaknya teman-temanmu yang ikut merayakan V-Day bukan berarti acara tersebut sah dan legal. Persoalannya, sah atau legalnya suatu acara bukan karena tergantung dari banyaknya orang melakukan perbuatan tersebut. Tidak juga tergantung dari selera manusia yang memandang persoalan hanya dari sudut pandang baik atau buruk menurut ukuran perasaan dan pikiran semata. Tapi seluruhnya disandarkan kepada ajaran-ajaran Islam. Islam sebagai patokan.
Dengan masih berjubelnya para pendukung V-Day, justru harusnya bikin kita berpikir kritis “ada apa dibalik V-Day?”. Dan nggak semua orang bisa atawa mau berpikir kayak gitu. Bagi yang nggak mau diajak berpikir hal itu, karena di benaknya udah keserang virus EGP alias emang gue pikirin. Sementara bagi yang nggak bisa berpikir hal itu, lebih karena otaknya sering dininabobokan dengan hiburan dan kesenangan, sehingga kalo diminta berpikir agak sedikit berat, otaknya serasa keluar asap, tanda nggak mampu. Di sinilah perlunya kita melihat persoalan dengan pandangan yang jernih, kritis dan mendalam khas Islam.
Berpikir tentang “ada apa di  balik V-Day” sebenarnya nggak harus butuh tenaga ekstra, apalagi kudu makan multivitamin pencerdas otak. Nggak seperti itu. Cukup, semua orang bisa merasakan, adanya keganjilan, keanehan, ketidakberesan di balik fenomena menjamurnya perayaan V-Day. Itu artinya, kita semua kudu berpikir tentang ada apa di balik ‘tembok’. Kenapa kita katakan ‘tembok’? Karena emang ada semacam penghalang yang sengaja dipasang menutupi atau membuat kita tertutup, agar kita nggak bisa ngeliat ada di balik ‘tembok’ tentang V-Day.
Nah, wajar aja kalo kita kemudian berpikir kritis mencari tahu kenapa ada tembok didirikan di depan kita. Lalu siapa yang mendirikan tembok itu, apa tujuannya didirikan tembok dan semua pertanyaan-pertanyaan kritis. Tembok yang sengaja dipasang di depan kita tadi, adalah upaya untuk membuat kabur alias kamuflase agar perayaan V-Day identik dengan pencurahan cinta dan kasih sayang.
Padahal kalo nggak ada tembok itu, kita semua bisa ngeliat dengan mata dan kepala kita sendiri alias dengan akal sehat kita bahwa perayaan cinta seperti yang digembar-gemborkan itu sebetulnya cuman perayaan yang nggak jauh-jauh dari ngelakuin seks bebas. Yang kalo di negeri asal V-Day, disebutnya sebagai making love alias aku ingin bercinta. Dan semua orang ngeh kalo yang dimaksud ‘bercinta’ itu adalah intercourse alias hubungan suami-isteri. Naudzubillah !
Makanya kamu kudu berhati-hati dan jeli kalo ada orang menghubungkan V-Day dengan cinta. Itu arti sebenarnya adalah menghubungkan V-Day dengan seks. Kamu kudu kritis mencari tahu tujuan diadakannya V-Day ini, siapa orang-orang di baliknya, siapa yang getol banget mempromosikannya, trus kenapa juga harus V-Day. Jangan mau hanya jadi remaja kayak kerbau dicocok hidungnya, ngikut apa pun yang dilakukan oleh orang lain meski itu bertentangan dengan keyakinan kita.
Dan yang paling penting, kalo kita menilik sejarah perayaan V-Day, ternyata khan V-Day berasal dari peradaban yang jauh banget dari Islam. V-Day berasal dari peradaban dari sebuah kaum penyembah berhala. Di sisi lain ketika V-Day dipopulerkan oleh agama Kristen, itupun sebuah peradaban yang juga bertentangan dengan Islam sebagai ad-dien kita.
Itu sebabnya, tradisi jahiliyah ini mesti digugat keberadaannya. Sudah saatnya budaya yang lahir dari peradaban rusak ini diboikot, bahkan seharusnya di-delete dari daftar pergaulan muda-muda Islam. Jangan sampe kejadian serupa menimpa adik-adik kita yang mulai beranjak remaja. Pokoknya harus dihilangkan dari benak remaja Islam.
Untuk urusan cinta juga sama. Kita emang nggak bisa menghindar dari cinta, tapi kita bisa mengatur cara mengekspresikan cinta. Dan Islam udah punya aturannya, biar nggak ketuker dengan ayam jago yang maen sosor aja kalo udah kebelet. Nggak ada tuh dalam Islam yang namanya pacaran, HTS (Hubungan Tanpa Status), friendzone ataupun pacaran islami. Yang ada dalam Islam adalah mekanisme khitbah dan nikah untuk penyaluran hasrat mencintai lawan jenis.
Dan perlu dicatet, mekanisme ini bukanlah pilihan, tapi kewajiban. Allah Swt. berfirman:
”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS al-Ahzab 36)
Kalo kita sudah punya benteng sekaligus kita tahu cara mengkspresikan cinta. Maka gampang banget berani berkata ‘tiiidaaak..!’ pada ajakan teman untuk bermaksiat berpartisipasi dalam perayaan V-Day atau gaul bebas dengan lawan jenis. Ngapain juga kita kudu ngikut ajakan dia? Demi nilai persahabatan? No Way! Seorang sahabat yang baik dan benar, pasti ngajak kita untuk taat, bukan untuk bermaksiat. Catet![]